SAH, CNN Indonesia | Minggu, 25/02/2018 01:08 WIB

Padang, CNN Indonesia — Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng menyebutkan, ekspor barang-barang hasil manufaktur belum maksimal. Indonesia masih bergantung pada komoditas mentah. Sehingga nilai ekspor Indonesia sangat bergantung dari harga komoditas global.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekspor Indonesia di tahun 2017 mencapai angka 16,2 persen atau di atas target sebesar 5,6 persen. Di tahun 2018, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 11 persen.

“Harga komoditas barang primer meningkat signifikan sehingga ekspor kita terdongkrak tapi di sisi ekspor manufaktur masih menjadi pekerjaan rumah,” ujar Sugeng dalam acara Seminar Kondisi Perekonomian Terkini dan Respon Kebijakan BI di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (24/2).

Sugeng menilai, industri manufaktur Indonesia masih malah dengan negara ASEAN lain seperti halnya Malaysia dan Vietnam. Ia mencontohkan negara tetangga Malaysia yang bisa memberikan nilai tambah dari hasil ekspor manufaktur.

Dari minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) misalnya, Malaysia sudah bisa menciptakan produk turunan dari komoditas tersebut sehingga bisa memberikan nilai tambah dari hasil ekspornya.

Menurut Sugeng program perbaikan manufaktur penting dilakukan pemerintah untuk mendorong ekspor guna menggenjot pertumbuhan ekonomi dan tidak bergantung kembali kepada harta komoditas.

Selain itu, kata Sugeng, barang-barang yang diproduksi di Indonesia pun masih memiliki tingkat kandungan barang impor yang cukup tinggi. Sehingga ketika barang hasil produksi dalam negeri naik, impor barang modal pun akan naik.

“Ke depan perlu adanya penguatan di sisi struktural yang mana bisa kita mengurangi ketergantungan konten impor. Sehingga ketika produksi meningkat, ya bisa disuplai dari dalam negeri,” kata dia.

Jika hal itu dilakukan, menurut Sugeng, dapat mengurangi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Ia berharap dengan adanya penguatan struktural diharapkan CAD Indonesia dapat mencapai angka surplus.

Sebelumnya, BI memperkirakan CAD tahun 2018 akan berada di kisaran 2,1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau melebar dari tahun lalu, sekitar 1,8 persen dari PDB. “Memang ada peningkatan (CAD),” ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di Kompleks Masjid BI, Jumat (2/2).

Agus mengatakan melebarnya defisit transaksi berjalan tak lepas dari tren membaiknya perekonomian. Kegiatan ekonomi yang mulai pulih bisa mendongkrak impor bahan baku atau penolong.

source: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180225004154-532-278622/bi-pemerintah-harus-genjot-ekspor-manufaktur