Ericsson IndustryLab Prediksi Transformasi Manufaktur di 2030

Ilustrasi manufaktur yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti augmented reality, exoskeleton, dan remote control.

Ilustrasi manufaktur yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti augmented reality, exoskeleton, dan remote control.

 

JAKARTA, Investor.id – Laporan terbaru Ericsson IndustryLab Future of Enterprises memprediksi transformasi yang tersebar luas di perusahaan manufaktur dalam beberapa tahun mendatang, termasuk peningkatan pesat pada alat produksi yang mendukung teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti augmented reality, exoskeleton, dan remote control.

Laporan tersebut juga memperkirakan sistem pengaturan pabrik baru, termasuk manufacturing-as-a-service (MaaS) dan pabrik pop-up.

Bertajuk “The Rise of the Smarter, Swifter, Safer Production Employee”, laporan tersebut merupakan edisi kedua dari seri laporan Ericsson IndustryLab Future of Enterprises.

Berdasarkan laporan penelitian, sebagian besar perusahaan manufaktur diprediksi akan menjadi setidaknya 80% otomatis dalam kurun waktu 10 tahun, dengan banyak yang berharap untuk melihat setidaknya dua kali lipat peningkatan penggunaan berbagai perangkat yang mendukung ICT dalam lima tahun ke depan.

Perangkat tersebut meliputi: software AIvideo recognitionaugmented & virtual reality, kendaraan berpemandu otomatis (Automated Guided Vehicles/AGVs), dan exoskeletons.

Sebagai penutup tubuh eksternal, exoskeletons dapat memberikan peningkatan kekuatan, presisi, dan daya tahan bagi karyawan produksi, melalui perlindungan pada bagian tubuh seperti tangan, lengan, atau bahkan pakaian seluruh tubuh.

Seri laporan Ericsson IndustryLab Future of Enterprises mengeksplorasi kemungkinan masa depan operasi perusahaan. Laporan Future of Enterprises pertama – The Dematerialization Path to Profitability and Sustainability – diterbitkan pada Februari 2021.

Laporan terbaru ini membahas secara mendalam masa depan manufaktur, dengan mengumpulkan wawasan dari sekitar 145 juta karyawan produksi yang berasal dari 22 market.

Laporan tersebut menemukan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur tidak mengalami dampak terburuk dari pandemi Covid-19 global, dengan 69% melaporkan kinerja keuangan yang tidak berubah, atau bahkan meningkat, sejak masa lockdown dimulai.

Namun, dalam menanggapi persaingan global yang ketat dan tekanan konstan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sebanyak delapan dari 10 perusahaan manufaktur mengatakan bahwa mereka saat ini beroperasi di bawah target cost-cutting.

Untuk menghadapi lingkungan yang penuh tuntutan ini, serta memungkinkan karyawan produksi menjadi lebih pintar, lebih cepat, dan lebih aman, perusahaan manufaktur memperkenalkan alat produksi berbasis ICT.

Alat-alat tersebut termasuk: artificial intelligence (AI) softwareaugmented reality (AR), robot kolaboratif (co-bots), Video Recognition (VR), digital twins, serta mesin dan kendaraan yang dikendalikan dari jarak jauh.

Karyawan produksi yang lebih cerdas, lebih terlatih, dengan lingkungan kerja yang lebih aman mulai bermunculan, didukung oleh alat produksi berbasis ICT. Sebanyak tujuh dari 10 perusahaan manufaktur mengatakan bahwa mereka berencana untuk menggunakan lima atau lebih alat produksi yang diaktifkan oleh jaringan nirkabel canggih, seperti 5G, dalam waktu lima tahun.

Tiga dari empat produsen, yang termasuk di dalamnya responden dari Indonesia, mengatakan bahwa teknologi nirkabel canggih seperti 5G dan Wi-Fi 6 sangat penting untuk mendukung alat produksi tersebut.

Manufaktur yang saat ini menggunakan tiga atau lebih alat produksi berkemampuan ICT, yang didefinisikan dalam laporan sebagai tool frontrunner, menikmati peningkatan kinerja finansial yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan alat sama sekali.

Jerry Soper, Head of Ericsson Indonesia, mengatakan, di tengah berbagai tantangan global, terutama dampak pandemi Covid-19, sektor industri manufaktur di Indonesia secara konsisten memainkan peran penting sebagai salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional dan terus melaju dengan baik.

“Sebagai pemimpin ICT yang terkemuka, Ericsson berkomitmen mendukung sektor manufaktur di Indonesia untuk bertransformasi secara digital, sejalan dengan upaya pemerintah dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Hal ini juga merupakan upaya percepatan pemulihan ekonomi negara pasca pandemi Covid-19,” ujarnya dalam siaran pers, yang diterima redaksi, Jumat (14/1).

“Sebagai pengaktif konektivitas tercepat dan paling andal, 5G akan menghadirkan serangkaian use cases yang inovatif untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kelincahan sebuah manufaktur, serta membebaskan operasi dari ketergantungan penggunaan kabel. Hal tersebut akan sangat meningkatkan kecepatan operasi, meningkatkan kemampuan pemeliharaan, dan meningkatkan keselamatan.” tambah Jerry.

 

Oleh: Fajar Widhiyanto

Source: https://investor.id/it-and-telecommunication/278423/ericsson-industrylab-prediksi-transformasi-manufaktur-di-2030

BI Bilang Manufaktur Indonesia Bergairah, Ini Buktinya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) melaporkan aktivitas industri manufaktur Tanah Air bergairah pada kuartal IV-2021. Pada kuartal berikutnya, kinerja industri pengolahan diperkirakan kian membaik.

Pada Jumat (14/1/2022), BI merilis data Prompt Manufacturing Index (PMI) periode kuartal IV-2021. Angkanya ada di 50,17%, naik dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 48,75%.

Seperti Purchasing Managers’ Index (PMI) versi IHS Markit, PMI-BI juga menggunakan angka 50 sebagai titik start. Kalau sudah di atas 50%, maka artinya industriawan berada dalam fase ekspansi.

“Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI-BI, dengan indeks tertinggi pada komponen Volume Produksi, Volume Total Pesanan dan Volume Persediaan Barang Jadi. Berdasarkan subsektor, peningkatan terjadi pada mayoritas subsektor, dengan indeks tertinggi pada Makanan, Minuman dan Tembakau (51,84%), Logam Dasar Besi dan Baja (51,80%), Tekstil, Barang Kayu dan Alas Kaki (50,98%), serta Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya (50,66%). PMI-BI tersebut sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor Industri Pengolahan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang positif dan meningkat dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 0,5%,” papar keterangan tertulis BI.

Pada kuartal I-2022, BI memperkirakan PMI-BI bakal lebih baik lagi. Angkanya diperkirakan 53,83%.

“Peningkatan PMI-BI didorong seluruh komponen pembentuknya, terutama Volume Produksi, Volume Total Pesanan, Volume Persediaan Barang Jadi dan Jumlah Karyawan yang berada pada fase ekspansi. Mayoritas subsektor diprakirakan akan meningkat, dengan indeks tertinggi pada subsektor Logam Dasar Besi dan Baja (54,06%), Makanan, Minuman dan Tembakau (53,86%) serta Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (53,4%),” tulis keterangan BI.

Ilustrasi Pabrik Sepeda Motor (Dok. AHM)

Oleh: Hidayat Setiaji

Source: https://www.cnbcindonesia.com/news/20220114102632-4-307300/bi-bilang-manufaktur-indonesia-bergairah-ini-buktinya

Menperin: Ada Tambahan 1,2 Juta Tenaga Kerja Industri Manufaktur pada 2022

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Economic Outlook 2022 dengan tema “Mendorong Hilirisasi dan Industri Berorientasi Ekspor, Selasa (23/11/2021).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Economic Outlook 2022 dengan tema “Mendorong Hilirisasi dan Industri Berorientasi Ekspor, Selasa (23/11/2021).(Humas Kemenperin)

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Pulihnya sektor industri pada tahun 2021 membuat penyerapan tenaga kerja industri manufaktur bertambah. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengungkapkan bahwa ada 1,2 juta tambahan tenaga kerja pada tahun 2021.

“Seiring dengan bangkitnya sektor industri, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di tahun 2021, sehingga jumlah tenaga kerja di sektor industri saat ini meningkat menjadi 18,64 juta orang,” ungkap Agus dalam Munas Forum Lembaga Mahasiswa Perindustrian Indonesia (FLMPI) ke XXIV, Rabu (12/1/2022).

Pada tahun ini, Menperin menargetkan serapan tenaga kerja dapat mencapai 20,84 juta orang, atau tambahan serapan tenaga kerja sebanyak 2,2 juta orang. Target tersebut juga diiringi dengan target pertumbuhan manufaktur di angka 4,5 sampai 5 persen, setelah tahun 2021 pertumbuhan manufaktur di rentang 4 sampai 4,5 persen.

“Sebagai bentuk upaya mendorong industri tumbuh dan berkembang, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Salah satu dari 10 agenda program prioritas nasional dalam Making Indonesia 4.0 adalah peningkatan kualitas SDM,” ungkap Agus.

Agus menambahkan, bahwa SDM yang berkualitas akan mampu mendorong tujuh sektor industri utama dalam agenda Making Indonesia 4.0, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan.

“Ketujuh sektor ini memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan menyerap 60 persen pekerja industri,” sebut Agus.

Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB pada kuartal/III 2021 sebesar 17,33 persen, tertinggi di antara sektor ekonomi lainnya. Sementara itu, pada aspek ketenagakerjaan, sektor industri manufaktur mulai menunjukkan pemulihan dari dampak pandemi.

“Seiring dengan bangkitnya sektor industri, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di tahun 2021, sehingga jumlah tenaga kerja di sektor industri saat ini meningkat menjadi 18,64 juta orang,” ungkap  Menperin Agus.

 

Penulis Akhdi Martin Pratama | Editor Akhdi Martin Pratama
Source: https://money.kompas.com/read/2022/01/12/161500526/menperin-ada-tambahan-12-juta-tenaga-kerja-industri-manufaktur-pada-2022.

Upaya Mengontrol Penggunaan Energi pada Pabrik Manufaktur untuk Efisiensi Produksi

Mitsubishi Electric menerapkan konsep e-F@ctory yang dapat menghubungkan semua perangkat di dalam pabrik dan mengukur penggunaan energi. Mitsubishi Electric menerapkan konsep e-F@ctory yang dapat menghubungkan semua perangkat di dalam pabrik dan mengukur penggunaan energi. (DOK. MITSUBISHI ELECTRIC)

 

KOMPAS.com – Digitalisasi industri dan pemanfaatan energi ramah lingkungan menjadi salah satu solusi untuk membangun industri yang lebih berkelanjutan di masa depan. Selain itu, penggunaan energi bersih juga berkontribusi dalam mengurangi dampak terhadap perubahan iklim.

Dalam konteks yang lebih mikro, digitalisasi industri dapat membantu perusahaan mengontrol penggunaan energi pada pabrik manufaktur guna efisiensi produksi.

Bila ditilik secara linear, konsumsi energi memang berkaitan erat dengan produktivitas dalam sebuah pabrik. Semakin banyak produktivitas yang ingin dicapai, semakin meningkat pula konsumsi energinya.

Namun, persepsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, banyak variabel yang bisa dievaluasi kembali terkait penggunaan energi. Salah satunya, variabel energi per unit (EPU).

Untuk diketahui, EPU merupakan jumlah energi yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu produk. EPU memiliki dua atribut yang kuat. Pertama, EPU memungkinkan hubungan langsung dari biaya energi dengan aktivitas manufaktur.

Bagi sebagian besar industri, hal tersebut mungkin tidak terdengar begitu penting. Namun, EPU menjadi vital ketika pendistribusian suatu produk pada pabrik manufaktur terhenti.

Kondisi ini meningkatkan EPU secara signifikan karena energi terus dikonsumsi. Padahal, produk tidak lagi diproduksi.

Kedua, EPU memiliki atribut untuk memudahkan pembagian kinerja produksi antarsektor. Hal inilah yang mendorong suatu pabrik agar selalu efisien sekaligus menjaga produktivitas.

Perusahaan yang bergerak di bidang automasi pabrik (factory automation) terkemuka asal Jepang, Mitsubishi Electric, menggunakan konsep EPU dan memanfaatkan konsep tersebut untuk mendorong penghematan energi pada aktivitas produksi di dalam pabrik.

Biasanya, beberapa pabrik manufaktur memiliki gagasan yang sangat jelas tentang biaya material, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, logistik, serta depresiasi terkait proses manufaktur mereka. Namun, mereka jarang mengetahui jumlah konsumsi energi utama secara detail.

Mitsubishi Electric pun menerapkan konsep e-F@ctory yang dapat menghubungkan semua perangkat di dalam pabrik dan mengukur penggunaan energi.

 

Menyelesaikan beberapa kasus

Konsep e-F@ctory yang digaungkan Mitsubishi Electric pun bisa membantu industri manufaktur dan menjadi solusi dalam beberapa kasus yang kerap terjadi di pabrik.

Pada kasus lini pemutus sirkuit (circuit breaker) saat terjadi bencana alam, misalnya. Kasus ini pernah terjadi dan cukup menggemparkan di Jepang. Tepatnya, saat terjadi gempa berkekuatan 9,0 magnitudo di Fukushima pada 2011.

Semua pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah tersebut ditutup. Hal ini menyebabkan biaya energi menjadi lebih mahal.

Pada kasus seperti itu, industri manufaktur perlu memvisualkan konsumsi energi. Artinya, data energi perlu dikumpulkan dari setiap bagian proses. Dengan data yang akurat, maka penggunaan energi akan tepat sasaran dalam semua lini produksi.

Selanjutnya, kasus yang ada pada lini papan sirkuit (circuit board). Pada kasus ini, staf produksi menjadi bagian yang paling banyak mendapatkan tantangan terkait penghentian lini produksi (micro-stop). Kondisi ini membuat staf produksi kesulitan memahami seberapa banyak penggunaan energi yang dibutuhkan di lini produksi.

Sama seperti kasus lini pemutus sirkuit, langkah mengatasi masalah lini papan sirkuit adalah mengumpulkan data penggunaan energi. Tak hanya itu, informasi tambahan, seperti jadwal produksi, data peralatan, data kualitas, dan data kesalahan proses juga perlu dikumpulkan secara real-time.

Teknologi edge computing bisa menjadi elemen penting untuk mendapatkan berbagai data tersebut. Memang, pada tahap awal, staf produksi akan dibanjiri data, grafik, dan analisis sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat melihat kondisi yang sebenarnya terjadi.

Namun, setelah penerapan konsep EPU, mereka dapat mulai menentukan dengan tepat kapan produksi turun dan energi memuncak. Tim produksi pun bisa menghemat energi sebanyak 30 persen setelah penerapan konsep EPU pada kasus lini papan sirkuit.

 

Pemeliharaan prediktif berbasis energi

Ketika mesin pada salah satu lini produksi mengalami kegagalan, maka mesin tidak lagi produktif, tetapi masih menggunakan sumber daya.

Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami terlebih dahulu kapan sebuah mesin kemungkinan besar akan gagal sehingga konsumsi energi bisa dialihkan ke lini yang lain.

Contoh sederhana adalah ketika bantalan motor pada mesin kering atau rusak. Gesekan pada mesin akan lebih sering terjadi sehingga mengonsumsi lebih banyak energi.

Oleh sebab itu, penting bagi industri manufaktur untuk mendapatkan data real-time terkait masa dan beban kerja mesin sehingga bisa melakukan pemeliharaan prediktif pada mesin yang membutuhkan perawatan.

Meski demikian, tidak semua staf di lini industri merupakan ahli energi. Inilah yang menjadi dasar akan pentingnya mitra yang dapat membantu perusahaan mengelola energi, seperti yang dilakukan oleh Mitsubishi Electric.

Perusahaan ternama asal Jepang tersebut memiliki pengetahuan dan teknologi komponen cerdas, template siap pakai, dan beberapa paket solusi.

Salah satunya adalah solusi e-F@ctory yang merupakan konsep terintegrasi Mitsubishi Electric untuk membangun sistem manufaktur yang andal dan fleksibel.

Mitsubishi Electric juga menghadirkan e-F@ctory Alliance dan bekerja sama dengan asosiasi jaringan terbuka, seperti The CC-Link Partners Association (CLPA) untuk memberikan solusi komprehensif kepada pengguna.

Secara garis besar, e-F@ctory dan e-F@ctory Alliance memungkinkan mitra menjadi manufaktur terintegrasi.

Mitsubishi Electric pun memiliki produk untuk mendukung penghematan energi pada pabrik.

Selain itu, upaya besar untuk berbagi pengalaman melalui diskusi dan kunjungan pencarian fakta secara rutin juga menjadi fokus Mitsubishi Electric membantu para mitra industri manufaktur.

 

Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Agung Dwi E
Source: https://money.kompas.com/read/2022/01/11/080300626/upaya-mengontrol-penggunaan-energi-pada-pabrik-manufaktur-untuk-efisiensi

Resmikan Enduro Home Service, Pertamina Lubricants Siap Telurkan Tenaga Kerja Kompeten di Sektor Perbengkelan Roda Dua

Singapore investments in Indonesia up 30%

Ekspor Sektor Industri Terus Meningkat di Tengah Tahun Pertama

Dukung Industry 4.0, JIIPE Jadi KEK Teknologi & Manufaktur

Foto: Ist   Jakarta, CNBC Indonesia– Dalam rangka mempercepat penciptaan lapangan kerja dan pembangunan perekonomian di Indonesia khususnya Jawa Timur, JIIPE (Java Integrated Industrial & Ports Estate) yang didirikan oleh PT AKR Corporindo Tbk lewat anak perusahaannya PT Usaha Era Pratama Nusantara bersama PT Pelindo Ill dibawah anak perusahaannya PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, telah resmi […]

Indeks Manufaktur Indonesia Bulan Juni

Ilustrasi(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)   JAKARTA, KOMPAS.com – Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juni berada di level 53,5 berdasarkan hasil survei IHS Markit. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan hal ini menunjukkan masih ekspansifnya industri manufaktur. “Kita perlu bersyukur bahwa sektor industri manufaktur masih ekspansif. Artinya, masih ada gairah usaha di tengah dampak […]