Pengunjung melihat peralatan industri yang dipamerkan dalam Manufacturing Indonesia 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (4/12/2019). Pameran manufaktur internasional terbesar di Indonesia tersebut berlangsung 4-7 Desember 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta – Sektor industri manufaktur di Tanah Air mulai kembali menggeliat di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia di bulan Agustus yang berada pada level 50,8. Level ini menandakan sedang ekspansif karena melampaui ambang netral (50,0).

“Kinerja manufaktur kita boleh cukup berbahagia. Karena PMI kita tumbuh lebih dari level 50. Ini menunjukkan mulai kembali pulih industri manufaktur kita,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih dalam webinar yang digagas oleh Bappenas, Selasa (8/9/2020).

Untuk itu, Gati meminta torehan positif atas kenaikan PMI manufaktur dalam negeri harus di manfaatkan dengan baik oleh pelaku industri. Diantaranya dengan menggenjot produksi industri manufaktur untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional.

“Karena kenaikan (PMI) lebih dari level 50 sebagai indikator untuk peningkatan produksi dan penyerapan tenaga kerja, khususnya untuk IKM lebih banyak lagi,” jelasnya.

Kemudian untuk pemerintah pusat ataupun daerah, Gati menekankan pada bantuan penyediaan bahan baku bagi pelaku industri nasional, khususnya IKM. Yakni dengan mempercepat implementasi program subtitusi impor hingga 35 persen.

“Karena akibat pandemi ini sejumlah negara dunia masih menerapkan lockdown. Sehingga industri manufaktur kita masih kesulitan untuk mendapatkan bahan baku,” terangnya.

Kendati demikian, Gati menegaskan, seluruh aktivitas sektor industri harus tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Terlebih kementeriannya telah mewajibkan kepada perusahaan industri untuk aktif melaporkan penerapan protokol kesehatan secara online melalui portal Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas).

“Dan terpenting temen-temen pelaku industri, terutama IKM harus mampu beradaptasi. Antara lain menjalankan protokol kesehatan. Karena resources tidak sebesar industri besar,” imbuh dia.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com