Mitsubishi Electric menerapkan konsep e-F@ctory yang dapat menghubungkan semua perangkat di dalam pabrik dan mengukur penggunaan energi. (DOK. MITSUBISHI ELECTRIC)
KOMPAS.com – Digitalisasi industri dan pemanfaatan energi ramah lingkungan menjadi salah satu solusi untuk membangun industri yang lebih berkelanjutan di masa depan. Selain itu, penggunaan energi bersih juga berkontribusi dalam mengurangi dampak terhadap perubahan iklim.
Dalam konteks yang lebih mikro, digitalisasi industri dapat membantu perusahaan mengontrol penggunaan energi pada pabrik manufaktur guna efisiensi produksi.
Bila ditilik secara linear, konsumsi energi memang berkaitan erat dengan produktivitas dalam sebuah pabrik. Semakin banyak produktivitas yang ingin dicapai, semakin meningkat pula konsumsi energinya.
Namun, persepsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, banyak variabel yang bisa dievaluasi kembali terkait penggunaan energi. Salah satunya, variabel energi per unit (EPU).
Untuk diketahui, EPU merupakan jumlah energi yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu produk. EPU memiliki dua atribut yang kuat. Pertama, EPU memungkinkan hubungan langsung dari biaya energi dengan aktivitas manufaktur.
Bagi sebagian besar industri, hal tersebut mungkin tidak terdengar begitu penting. Namun, EPU menjadi vital ketika pendistribusian suatu produk pada pabrik manufaktur terhenti.
Kondisi ini meningkatkan EPU secara signifikan karena energi terus dikonsumsi. Padahal, produk tidak lagi diproduksi.
Kedua, EPU memiliki atribut untuk memudahkan pembagian kinerja produksi antarsektor. Hal inilah yang mendorong suatu pabrik agar selalu efisien sekaligus menjaga produktivitas.
Perusahaan yang bergerak di bidang automasi pabrik (factory automation) terkemuka asal Jepang, Mitsubishi Electric, menggunakan konsep EPU dan memanfaatkan konsep tersebut untuk mendorong penghematan energi pada aktivitas produksi di dalam pabrik.
Biasanya, beberapa pabrik manufaktur memiliki gagasan yang sangat jelas tentang biaya material, biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung, logistik, serta depresiasi terkait proses manufaktur mereka. Namun, mereka jarang mengetahui jumlah konsumsi energi utama secara detail.
Mitsubishi Electric pun menerapkan konsep e-F@ctory yang dapat menghubungkan semua perangkat di dalam pabrik dan mengukur penggunaan energi.
Menyelesaikan beberapa kasus
Konsep e-F@ctory yang digaungkan Mitsubishi Electric pun bisa membantu industri manufaktur dan menjadi solusi dalam beberapa kasus yang kerap terjadi di pabrik.
Pada kasus lini pemutus sirkuit (circuit breaker) saat terjadi bencana alam, misalnya. Kasus ini pernah terjadi dan cukup menggemparkan di Jepang. Tepatnya, saat terjadi gempa berkekuatan 9,0 magnitudo di Fukushima pada 2011.
Semua pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah tersebut ditutup. Hal ini menyebabkan biaya energi menjadi lebih mahal.
Pada kasus seperti itu, industri manufaktur perlu memvisualkan konsumsi energi. Artinya, data energi perlu dikumpulkan dari setiap bagian proses. Dengan data yang akurat, maka penggunaan energi akan tepat sasaran dalam semua lini produksi.
Selanjutnya, kasus yang ada pada lini papan sirkuit (circuit board). Pada kasus ini, staf produksi menjadi bagian yang paling banyak mendapatkan tantangan terkait penghentian lini produksi (micro-stop). Kondisi ini membuat staf produksi kesulitan memahami seberapa banyak penggunaan energi yang dibutuhkan di lini produksi.
Sama seperti kasus lini pemutus sirkuit, langkah mengatasi masalah lini papan sirkuit adalah mengumpulkan data penggunaan energi. Tak hanya itu, informasi tambahan, seperti jadwal produksi, data peralatan, data kualitas, dan data kesalahan proses juga perlu dikumpulkan secara real-time.
Teknologi edge computing bisa menjadi elemen penting untuk mendapatkan berbagai data tersebut. Memang, pada tahap awal, staf produksi akan dibanjiri data, grafik, dan analisis sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat melihat kondisi yang sebenarnya terjadi.
Namun, setelah penerapan konsep EPU, mereka dapat mulai menentukan dengan tepat kapan produksi turun dan energi memuncak. Tim produksi pun bisa menghemat energi sebanyak 30 persen setelah penerapan konsep EPU pada kasus lini papan sirkuit.
Pemeliharaan prediktif berbasis energi
Ketika mesin pada salah satu lini produksi mengalami kegagalan, maka mesin tidak lagi produktif, tetapi masih menggunakan sumber daya.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami terlebih dahulu kapan sebuah mesin kemungkinan besar akan gagal sehingga konsumsi energi bisa dialihkan ke lini yang lain.
Contoh sederhana adalah ketika bantalan motor pada mesin kering atau rusak. Gesekan pada mesin akan lebih sering terjadi sehingga mengonsumsi lebih banyak energi.
Oleh sebab itu, penting bagi industri manufaktur untuk mendapatkan data real-time terkait masa dan beban kerja mesin sehingga bisa melakukan pemeliharaan prediktif pada mesin yang membutuhkan perawatan.
Meski demikian, tidak semua staf di lini industri merupakan ahli energi. Inilah yang menjadi dasar akan pentingnya mitra yang dapat membantu perusahaan mengelola energi, seperti yang dilakukan oleh Mitsubishi Electric.
Perusahaan ternama asal Jepang tersebut memiliki pengetahuan dan teknologi komponen cerdas, template siap pakai, dan beberapa paket solusi.
Salah satunya adalah solusi e-F@ctory yang merupakan konsep terintegrasi Mitsubishi Electric untuk membangun sistem manufaktur yang andal dan fleksibel.
Mitsubishi Electric juga menghadirkan e-F@ctory Alliance dan bekerja sama dengan asosiasi jaringan terbuka, seperti The CC-Link Partners Association (CLPA) untuk memberikan solusi komprehensif kepada pengguna.
Secara garis besar, e-F@ctory dan e-F@ctory Alliance memungkinkan mitra menjadi manufaktur terintegrasi.
Mitsubishi Electric pun memiliki produk untuk mendukung penghematan energi pada pabrik.
Selain itu, upaya besar untuk berbagi pengalaman melalui diskusi dan kunjungan pencarian fakta secara rutin juga menjadi fokus Mitsubishi Electric membantu para mitra industri manufaktur.
Penulis : Alek Kurniawan
Editor : Agung Dwi E
Source: https://money.kompas.com/read/2022/01/11/080300626/upaya-mengontrol-penggunaan-energi-pada-pabrik-manufaktur-untuk-efisiensi